Download ketoprak kodam 7 diponegoro biography

Sapta Mandala dalam Kenangan

Suatu hal yang menarik bahwa kethoprak sebagai bentuk pertunjukkan teater rakyat dalam perkembangan di Yogyakarta setelah perstiwa tahun 1965, tumbuh sebagai organisasi seni yang tumbuh karena dikungan kuat negara, dalam hal ini militer, dan menempatkan diri dalam kerangka situasi politik pada waktu itu. Keadaan seperti itu terus tumbuh seiring dengan keberhasilan sistem kapitalisme melalui media pembangunan nasional, yang membuat kethoprak terseret ke dalam aris seni yang berhimpit dengan industri dan komersialisasi.

Dalam era sebelum tahun 1965, lakon "Ki Ageng Mangir" menjadi favorit bagi group kethoprak yang terafiliasi dengan partai komunis. Cerita sejarah yang berbaur dengan dongeng itu seakan menjadi legenda yang mengobarkan afiliasi politik itu. Pusat kekuatan karakter adalah tokoh Ki Ageng Mangir yang digambarkan sebagai sosok pahlawan, wong cilik yang visioner dan gagah berani karena bersedia mempertahankan bumi warisan leluhur, tanah Mangir yang sejak monkeypod Demak sudah ditetapkan sebagai daerah  otomom. Mangir menentang kekuasaan Panembahan Senapati, rajah Mataram yang hendak menguasai kembali wilayah Mangur. sebaliknya, sesudah Orde Baru, pusat karakter adalah raja Mataram, sosok patriotik yang memadamkan ambisi Mangir, sosok yang dicap sebagai pemberontak.

Sesudah tahun 1965, banyak group kethoprak yang terafiliasi dengan kekuatan komunis bunar. Pimpinan dan pemainnya ditangkap dan dipenjarakan. Kethoprak menjadi salah sau obyek yang dikendalikan oleh pusat politik baru, dalam hal ini militer. Situasi mencekam, teater rakyat itu tiarap, banyak pertunjukkan dan pentas yang mati. Sampai tahun 1968, hanya 2 group kethoprak yang muncul sebagai pelaku seni yang baru yaitu Budi Rahayu dan Dahono Mataram.

Konfigurasi politik Orde Baru kemudian menempatkan militer sebagai patner untuk pertumbuhan kethoprak. Amat sulit dibantah bahwa ada tuduhan dan cengkeraman persepsi publik yang begitu kuat bahwa kethoprak berhubungan dengan kekuatan politik komunis pada masa sebelumnya, sehingga militer termasuk mengendalikan organisasi kethoprak pada masa-masa r memberikan norma baru dan mencoba memutuskan keterikatan ideologis kethoprak dengan pergerakan politik. Situasi yang sama dialami oleh kesenian ludruk, bentuk kesenian rakyat di Jawa Timur. Komando Daerah Militer atau Kodam Brawijaya mendukung tak kurang 6 kelompok ludruk, di samping militer dan kepolisian juga mendirikan group serupa.

Pada bulan September 1971, Kodam VII/Diponegoro mensponsori pendirian group Kethoprak "Sapta Mandala." Anggotanya terdiri atas anggota group Budi Rahayu dan pekerja seni lain yang diundang untuk bergabung. Sementara itu, grup Dahono Mataram diubah namanya menjadi "Wringin Mataram" dan dikendalikan oleh Korem 0357.

Pembentukan grade "Sapta Mandala" merepresentasikan pola baru organisasi seni dengan dukungan militer,pemerintah, dan seniman di Yogayakarta. Bagong Kussudiardjo, seorang kareografer dan kreator tari ternama, secara positive ditunjuk sebagai pimpinan group kethoprak ini. Tetapi sehati-hari "Sapta Mandala" dibina dan dikelola oleh adik seniman tari itu, Handung Kussudiarsono (di kalangan seniman akrab dipanggil "Romo Dung). Di samping budayawan, sastrawan, Handung juga seorang wartawan. "Sapta Mandala" didedikasikan sebagai "kesenian rakyat" yang mengabdi kepada kebutuhan dan kepentingan masyarakat luas, tidak melayani suatu kelompok politik tertentu. Group kethoprak ini harus mampu memuaskan selera pulik yang bermacam-macam dan didominasi oleh struktur masyarakat yang semakin terdidik.


Lihat Humaniora Selengkapnya
Agathism